Senin, 21 Desember 2009

Selamat Hari Ibu


Surat dari ibu
Karya Asrul Sani

Pergi ke dunia luas anakku sayang
Pergi ke hidup bebas
Selama angin masih angin buritan
Dan matahari pagi menyinari daun-daunan
Dalam rimba dan padang hijau

Pergi kelaut lepas anakku sayang
Pergi kealam bebas
Selama hari belum petang
Dan warna senja belum kemerah-merahan
Menutup pintu waktu lampau





Jika bayang telah pudar
Dan elang laut pulang kesarang
Angin bertiup ke benua
Tiang-tiang akan kering sendiri
Dan nahkoda sudah tahu pedoman
Boleh engkau datang padaku

Kembali pulang anakku sayang
Kembali ke balik malam
Jika kapalmu telah merapat ketepi
Kita akan bercerita
Tentang cinta dan hidupmu pagi hari

Tepuk tangan hadirin mengiringi berakhirnya pembacaan puisi dari gadis kecil di Bumi perkemahan pramuka Kecamatan Belo yang biasanya diadakan setiap tgl 14-17 agustus tiap tahunnya. Kejadian itu sekitar 20 tahun yang lalu, saat aku masih anak SD. Yah, waktu itu kayaknya puisi itu biasa-biasa saja, sekarang? Ough, sudah 2 potong baju yang basah yg kujadikan lap buat menyeka air mata yang mengalir kayak banjir yang kuambil dari ember penampung cucian kotor di pojok kamar kost. Sorry, aku jadi melodrama alias rada2 cengeng tiap mengingat puisi ini. How about u guys? Besok adalah hari ibu dan aku yakin kalian semua sepakat (harus), pasti teringat kepada bunda/ ibu/ mama/ emak/ nyak/ ina/ si mbok kalian yang lagi dirumah/ dikampung, yang sudah meninggal/ masih hidup/ dekat/ jauh/ sehat/ sakit/ masih muda ataupun sudah renta disana.

Yah, merenungi puisi diatas, aku tak kuasa menahan sedih mengingat segala hal tentang bundaku. Kasih sayang dan cinta beliau, belaian-belaian dan cubit manjanya, ciumannya, dongeng sebelum tidurnya, pelukannya dan ahhhh… terlalu banyak yang harus ditulis jika menguraikan semua jasa-jasanya. Bahkan tulisan ini tidak akan tamat jika harus mengurai satu persatu segala hal yang dicurahkannya khusus untukku.

Bunda, hari ini adalah harimu, Hari Ibu… orang-orang menyebutnya demikian. Bagiku hari ini hanyalah sebuah simbolis untuk menghargai jasa-jasamu dalam membesarkan anak-anakmu, karena buatku setiap hariku adalah harimu. Dimana aku selalu kirimkan doa-doaku untukmu dalam sujud sholatku. Tapi bukan berarti aku menyepelekan Hari Ibu ini, aku bahkan bersyukur, karena mungkin ada ribuan anak diluar sana yang kurang sempat meluangkan waktu untuk ibu-ibu mereka meluangkan waktu khusus untuk melayani ibu mereka pada hari ini.

Bunda, saatku membaca penggalan bait puisi yang berbunyi
Pergi ke dunia luas anakku sayang
Pergi ke hidup bebas
Selama angin masih angin buritan
Dan matahari pagi menyinari daun-daunan
Dalam rimba dan padang hijau

Pergi kelaut lepas anakku sayang
Pergi kealam bebas
Selama hari belum petang
Dan warna senja belum kemerah-merahan
Menutup pintu waktu lampau

Aku jadi teringat saat pertama kali Bunda dan Ayah melepasku untuk datang ke Jakarta. Matamu berkaca-kaca, aku melihat ada ribuan do’a terucap khusus untukku ikut mengalir dari sana. Engkau menciumi pipiku dengan lembut walau aku terima dengan rasa haru bercampur malu. Aku terharu karena aku merasakan ciuman itu sangat jarang aku dapatkan semenjak aku duduk di bangku SMP. Aku malu karena aku merasa sudah dewasa dan di cium didepan orang banyak, walaupun itu hari sudah mulai gelap. Maafkan aku bunda atas kelemahanku saat itu.
Andai waktu bisa kuputar, aku ingin mengulang lagi saat-saat itu. Benar bunda, aku ingin ciuman itu, aku ingin menikamti tatapan penuh kasih sayangmu, yah.. aku ingin menikmati semuanya sendiri tanpa sisa.

Dua bulan kemarin saat pulang waktu lebaran, seperti biasanya aku menemui rumah kita dalam keadaan kosong tanpa engkau dan ayah. Saat itu aku begitu rindu dengan kalian. Aku rindu suara ngajimu yang biasa kau lantunkan diujung malam, aku rindu dongeng sebelum tidur dan nyanyian-nyanyian kecil dari ayah, aku rindu cubitan kecil dan tepuk mesra tanda sayangmu di lengan dan pantatku, aku rindu doa-doamu. Aku rindu senyuman dan lembut gerakanmu dan bahkan segalamu.
Tahukah engkau bunda, aku rindu sekali akan semuanya saat itu. Dan aku hanya bisa menjiarahi makam kalian yang terletak di ujung kampung kita.

Sampai saat pulangpun, saat pesawatku lepas landas bandara Ngurah Rai, aku tak kuasa untuk tidak menangis. Aku sudah tidak perduli dengan seorang sahabat disampingku yang melihat kearahku. Rinduku begitu menggunung padamu dan ayah. Dan bahkan aku merasa seperti mendengar engkau membaca dua bait terakhir puisi Surat Dari Ibu karya Asrul Sani tadi.

Jika bayang telah pudar
Dan elang laut pulang kesarang
Angin bertiup ke benua
Tiang-tiang akan kering sendiri
Dan nahkoda sudah tahu pedoman
Boleh engkau datang padaku

Kembali pulang anakku sayang
Kembali ke balik malam
Jika kapalmu telah merapat ketepi
Kita akan bercerita
Tentang cinta dan hidupmu pagi hari

Bunda, aku percaya di alam sana kau masih berharap banyak untuk kebahagiaan anakmu ini, karena aku tahu kasih sayangmu untukku tak pernah putus. Aku hanya bisa menitipkan doa semoga engkau tenang disisiNya, selama-lamanya sampai kita berjumpa kelak disana.
Membalas jasamu aku takkan pernah bisa, walau sedikitpun. karena kasih dan ketulusanmu melebihi apapun. Aku hanya bisa berdo’a dan menyanyikan lagu ini untukmu… mudah-mudahan engkau memaafkan segala kesalahan-kesalahanku selama ini yang sudah cukup banyak menyakiti hatimu.

Bunda
by Potret

Kubuka album biru penuh debu dan usang
Kupandangi semua gambar diri kecil bersih belum ternoda

Pikirkupun melayang dahulu penuh kasih
Teringat semua cerita orang tentang riwayatku

Kata mereka diriku selalu dimanja
Kata mereka diriku selalu ditimang

Nada-nada yang indah selalu terurai darinya
Tangisan nakal dari bibirku takkan jadi deritanya

Tangan halus dan suci telah mengangkat tubuh ini
Jiwa raga dan seluruh hidup telah dia berikan

Kata mereka diriku selalu dimanja
Kata mereka diriku selalu ditimang
Oh bunda ada dan tiada dirimu kan selalu ada di dalam hatiku

Bou: "Selamat hari ibu, ibundaku tersayang…"
Ket Gambar : Foto Ibu dari Ina Tamu diambil saat pernikahan Ina Tamu (terima kasih fotonya)

2 komentar:

Anonim mengatakan...

.kdang kerinduan mmang disadarai saat jauh kn?
.saat deket mah yg ada malah arogan..

La Bou mengatakan...

Tapi yang pasti, jauh didalam hati kita, kita begitu menyayanginya walau tak mampu melebihi rasa sayang yg beliau selalu curahkan